Rabu, 04 Desember 2013

Mental Budgeting And The Management Of Household Finance

MENTAL BUDGETING AND THE MANAGEMENT OF HOUSEHOLD FINANCE

Gerrit Antonides
Department of Social Sciences, Wageningen University, Hollandseweg 1, 6706 KN Wageningen, The Netherlands
I Manon de Groot
Dutch Tax and Customs Administration, Department of Research and Marketing, Utrecht, The Netherlands
W. Fred van Raaij
School of Social and Behavioral Sciences, Tilburg University, 5000 LE Tilburg, The Netherlands

1.                  TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan skala penganggaran mental self-reporting yang menunjukkan proses penganggaran mental kategori konsumsi, sikap mengelola uang dan melaporkan ikhtisar biaya dalam survei konsumen mempelajari manajemen keuangan rumah tangga. Serta untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara penganggaran dengan pengelolaan keuangan rumah tangga.
2.                  MOTIVASI PENELITIAN
Motivasi penelitian ini disebabkan karena ingin mengetahui bagaimana penduduk Belanda dalam kaitannya penganggaran keuangan mereka dengan pengelolaan keuangan rumah tangga.
3.                  MANFAAT PENELITIAN
Manfaaat dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana penganggaran itu dilakukan untuk tujuan penghematan, pengetahuan keuangan, orientasi waktu dan situasi keuangan serta dalam kaitannya dengan pengelolaan keuangan rumah tangga.
4.                  LITERATUR REVIEW
Mengelola uang adalah salah satu faktor paling penting dalam kemampuan keuangan dan mencukup-cukupkan pembelanjaan dan mencatat pengeluaran-pengeluaran (Atkinson, McKay, Kempson, & Collard, 2006).
Atkinson dkk. (2006), skala sikap manajemen keuangan dibangun dengan menggunakan analisis komponen utama (PCA) termasuk barang-barang yang berhubungan dengan urusan keuangan pengorganisasian seseorang setiap hari, godaan untuk membeli barang tanpa memiliki uang untuk itu, membayar tagihan pada waktunya, dan preferensi untuk membayar secara kredit daripada membayar dari tabungan.
Pelabelan pendapatan untuk menyimpan atau belanja dapat menjelaskan apa yang disebut puzzle utang (Gross & Souleles, 2002; Katona, 1975; Laibson, Repetto, & Tobacman, 2003) bahwa banyak orang secara bersamaan meminjam uang dengan bunga yang cukup tinggi, dan menyimpan uang dengan bunga yang jauh lebih rendah.
5.                  PENELITIAN TERDAHULU
Henderson dan Peterson (1992) menunjukkan bahwa orang lebih suka untuk melaporkan pembelian liburan ketika mereka membaca skenario di mana uang itu dberikan sebagai hadiah daripada ketika mereka membaca skenario di mana uang diberikan sebagai bonus kerja. Juga, konsumen lebih suka untuk melaporkan pengeluaran dalam skenario dimana pendapatan yang dianggap sebagai bonus daripada ketika pendapatan yang dianggap sebagai rabat.
Heath dan Soll (1996) menunjukkan bahwa, jika anggaran tertentu menjadi habis pada akhir periode, orang mengatakan mereka akan menghabiskan sedikit dalam kategori tertentu.
Demikian pula, Shefrin dan Thaler (1988) menemukan bahwa kecenderungan marginal mengkonsumsi berasal dari neraca pendapatan saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan dari rekening kekayaan masa depan.
Kooreman (2000) menemukan bahwa pengeluaran untuk pakaian anak-anak lebih sensitif terhadap perubahan dalam tunjangan anak daripada sumber pendapatan lain.
Huffman dan Barenstein (2005) menemukan bukti penurunan pengeluaran antara hari gajian, bahkan untuk konsumen yang memiliki kartu kredit, sehingga menunjukkan keengganan untuk meminjam (yaitu, keengganan untuk menghabiskan dari akun pendapatan masa depan).
6.                  CELAH PENELITIAN
Dalam penelitian ini kami menemukan bahwa penganggaran lebih banyak digunakan oleh orang-orang kurang kaya, orang dengan waktu orientasi jangka pendek, dan tingkat pendidikan yang lebih rendah serta orang berpendapatan rendah. Hal ini yang menjadikan indikasi bahwa terjadi kesenjangan dalam persepsi awal, yang mana orang yang berpendidikan tinggi diharapkan melakukan penganggaran, ternyata sebaliknya.
Temuan terakhir tidak dapat dijelaskan dari teori konsumen tetapi membutuhkan penelitian lebih lanjut di masa depan. Meskipun pengetahuan tentang produk keuangan memiliki efek positif pada variabel dependen, yang masuk akal, fakta bahwa pengetahuan investasi memiliki efek negatif pada pengelolaan keuangan sulit untuk menjelaskan.
7.                  METODE PENELITIAN
a.       Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Dan menggunakan data sekunder.
b.      Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui CentiQ, sebuah platform untuk kebijakan dan penelitian yang diprakarsai oleh Departemen Keuangan Belanda, untuk menyediakan akses ke data yang digunakan dalam penelitian ini.
c.       Populasi & Sampel
Populasinya adalah individu Belanda, sedangkan sampelnya sejumlah 4280 orang Belanda yang berusia 18 tahun dan lebih, dimana 3000 orang diambil dari sebuah panel riset pemasaran yang ada, dan berjenjang sehubungan dengan jenis kelamin, usia, pendidikan, tempat tinggal, etnis, dan penggunaan internet. Tingkat respon dalam sub sampel adalah 85%. Sisanya 1.280 responden yang bukan bagian dari panel, dan direkrut terutama dari database besar kantor pos. Rata-rata usia responden adalah 46,5 tahun, berkisar antara 18 sampai 98 tahun, 51% adalah laki-laki, 49% perempuan, 28% adalah berpendidikan rendah, 41% memiliki menengah, dan 31% memiliki pendidikan tinggi, 11% adalah non- pribumi, 89% adalah asli Belanda; 68% adalah manajer keuangan rumah tangga, 32% yang baik mitra dari manajer keuangan atau orang lain milik rumah tangga, seperti anak-anak di atas 18 tahun.
d.      Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui regresi.
e.       Teknik & Pengukuran Variabel
Teknik penelitian ini menggunakan survei dalam pengumpulan datanya. Dalam survei tersebut para responden (penduduk asli Belanda) diberikan beberapa pertanyaan untuk dijawab. Dalam jumlah sampel sebanyak 4280 orang, responden dengan koneksi internet menyelesaikan kuesioner oleh Computer Assisted Diri Wawancara (76%). Sisa responden menyelesaikan kuesioner yang sama dengan Bantuan Komputer Personal Wawancara selama kunjungan tatap muka pewawancara (24%). Sementara itu, variabel endogen dalam penelitian ini adalah manajemen keuangan dan penganggaran. Sedangkan variabel eksogen dalam penelitian ini adalah penghasilan, ekuitas rumah, tabungan, utang, menjadi seorang manajer keuangan rumah tangga, usia, jenis kelamin, suku, agama, memiliki pekerjaan, orientasi waktu, dan pengetahuan keuangan yang dimasukkan sebagai variabel eksogen.

8.                  HASIL
Tabel 3 menunjukkan hasil dari kedua regresi pertama tahap penganggaran mental, termasuk estimasi untuk instrumen, dan instrumen variabel regresi pada variabel dependen 'gambaran'. Pendidikan tinggi memiliki efek negatif pada penganggaran mental yang baik dibandingkan dengan pendidikan menengah dan rendah, sedangkan memiliki tujuan menghemat memiliki efek positif.
Tabel 4 menunjukkan hasil penganggaran mental (diinstrumentasi) memiliki efek positif terhadap variabel dependen 'manajemen keuangan'. Jumlah tabungan dan ekuitas rumah bersih memiliki efek positif, sedangkan utang memiliki efek negatif pada manajemen keuangan. Usia, agama, dan orang asli Belanda memiliki efek positif pada pengelolaan keuangan. Waktu orientasi jangka pendek memiliki efek negatif, dimana waktu orientasi jangka panjang memiliki efek positif pada pengelolaan keuangan. Pengetahuan tentang produk keuangan memiliki efek positif, sedangkan pengetahuan tentang investasi memiliki efek negatif pada pengelolaan keuangan.
Temuan dalam penelitian ini adalah relevan untuk saran anggaran rumah tangga. Penganggaran mental dipraktekkan kebanyakan oleh orang-orang yang kurang kaya, orang dengan waktu orientasi jangka pendek, dan tingkat yang lebih rendah dan pendidikan menengah.