MENTAL BUDGETING AND THE MANAGEMENT OF HOUSEHOLD
FINANCE
Gerrit Antonides
Department
of Social Sciences, Wageningen University, Hollandseweg 1, 6706 KN Wageningen,
The Netherlands
I Manon de Groot
Dutch
Tax and Customs Administration, Department of Research and Marketing, Utrecht,
The Netherlands
W. Fred van Raaij
School
of Social and Behavioral Sciences, Tilburg University, 5000 LE Tilburg, The
Netherlands
1.
TUJUAN
PENELITIAN
Dalam penelitian ini bertujuan
untuk memberikan kontribusi terhadap pertanyaan penelitian yang berkaitan
dengan skala penganggaran mental self-reporting yang menunjukkan proses
penganggaran mental kategori konsumsi, sikap mengelola uang dan melaporkan
ikhtisar biaya dalam survei konsumen mempelajari manajemen keuangan rumah
tangga. Serta untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara penganggaran
dengan pengelolaan keuangan rumah tangga.
2.
MOTIVASI
PENELITIAN
Motivasi penelitian ini disebabkan
karena ingin mengetahui bagaimana penduduk Belanda dalam kaitannya penganggaran
keuangan mereka dengan pengelolaan keuangan rumah tangga.
3.
MANFAAT
PENELITIAN
Manfaaat dalam penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana penganggaran itu
dilakukan untuk tujuan penghematan, pengetahuan keuangan, orientasi waktu dan
situasi keuangan serta dalam kaitannya dengan pengelolaan keuangan rumah
tangga.
4.
LITERATUR
REVIEW
Mengelola uang adalah salah satu faktor
paling penting dalam kemampuan keuangan dan mencukup-cukupkan pembelanjaan dan
mencatat pengeluaran-pengeluaran (Atkinson, McKay, Kempson, & Collard,
2006).
Atkinson dkk. (2006), skala sikap
manajemen keuangan dibangun dengan menggunakan analisis komponen utama (PCA)
termasuk barang-barang yang berhubungan dengan urusan keuangan pengorganisasian
seseorang setiap hari, godaan untuk membeli barang tanpa memiliki uang untuk
itu, membayar tagihan pada waktunya, dan preferensi untuk membayar secara kredit
daripada membayar dari tabungan.
Pelabelan pendapatan untuk
menyimpan atau belanja dapat menjelaskan apa yang disebut puzzle utang (Gross
& Souleles, 2002; Katona, 1975; Laibson, Repetto, & Tobacman, 2003)
bahwa banyak orang secara bersamaan meminjam uang dengan bunga yang cukup
tinggi, dan menyimpan uang dengan bunga yang jauh lebih rendah.
5.
PENELITIAN
TERDAHULU
Henderson dan Peterson (1992)
menunjukkan bahwa orang lebih suka untuk melaporkan pembelian liburan ketika
mereka membaca skenario di mana uang itu dberikan sebagai hadiah daripada
ketika mereka membaca skenario di mana uang diberikan sebagai bonus kerja.
Juga, konsumen lebih suka untuk melaporkan pengeluaran dalam skenario dimana
pendapatan yang dianggap sebagai bonus daripada ketika pendapatan yang dianggap
sebagai rabat.
Heath
dan Soll (1996) menunjukkan bahwa, jika anggaran tertentu menjadi habis pada
akhir periode, orang mengatakan mereka akan menghabiskan sedikit dalam kategori
tertentu.
Demikian
pula, Shefrin dan Thaler (1988) menemukan bahwa kecenderungan marginal
mengkonsumsi berasal dari neraca pendapatan saat ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dari rekening kekayaan masa depan.
Kooreman
(2000) menemukan bahwa pengeluaran untuk pakaian anak-anak lebih sensitif
terhadap perubahan dalam tunjangan anak daripada sumber pendapatan lain.
Huffman dan Barenstein (2005)
menemukan bukti penurunan pengeluaran antara hari gajian, bahkan untuk konsumen
yang memiliki kartu kredit, sehingga menunjukkan keengganan untuk meminjam
(yaitu, keengganan untuk menghabiskan dari akun pendapatan masa depan).
6.
CELAH
PENELITIAN
Dalam
penelitian ini kami menemukan bahwa penganggaran lebih banyak digunakan oleh
orang-orang kurang kaya, orang dengan waktu orientasi jangka pendek, dan
tingkat pendidikan yang lebih rendah serta orang berpendapatan rendah. Hal ini
yang menjadikan indikasi bahwa terjadi kesenjangan dalam persepsi awal, yang
mana orang yang berpendidikan tinggi diharapkan melakukan penganggaran,
ternyata sebaliknya.
Temuan
terakhir tidak dapat dijelaskan dari teori konsumen tetapi membutuhkan
penelitian lebih lanjut di masa depan. Meskipun pengetahuan tentang produk
keuangan memiliki efek positif pada variabel dependen, yang masuk akal, fakta
bahwa pengetahuan investasi memiliki efek negatif pada pengelolaan keuangan
sulit untuk menjelaskan.
7.
METODE
PENELITIAN
a. Pendekatan
Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang
dilakukan adalah dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Dan menggunakan data
sekunder.
b. Pengumpulan
Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui
CentiQ, sebuah platform untuk kebijakan dan penelitian yang diprakarsai oleh
Departemen Keuangan Belanda, untuk menyediakan akses ke data yang digunakan
dalam penelitian ini.
c. Populasi
& Sampel
Populasinya adalah individu Belanda,
sedangkan sampelnya sejumlah 4280 orang Belanda yang berusia 18 tahun dan
lebih, dimana 3000 orang diambil dari sebuah panel riset pemasaran yang ada,
dan berjenjang sehubungan dengan jenis kelamin, usia, pendidikan, tempat
tinggal, etnis, dan penggunaan internet. Tingkat respon dalam sub sampel adalah
85%. Sisanya 1.280 responden yang bukan bagian dari panel, dan direkrut
terutama dari database besar kantor pos. Rata-rata usia responden adalah 46,5
tahun, berkisar antara 18 sampai 98 tahun, 51% adalah laki-laki, 49% perempuan,
28% adalah berpendidikan rendah, 41% memiliki menengah, dan 31% memiliki
pendidikan tinggi, 11% adalah non- pribumi, 89% adalah asli Belanda; 68% adalah
manajer keuangan rumah tangga, 32% yang baik mitra dari manajer keuangan atau
orang lain milik rumah tangga, seperti anak-anak di atas 18 tahun.
d. Metode
Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah melalui regresi.
e. Teknik
& Pengukuran Variabel
Teknik penelitian ini menggunakan survei
dalam pengumpulan datanya. Dalam survei tersebut para responden (penduduk asli
Belanda) diberikan beberapa pertanyaan untuk dijawab. Dalam jumlah sampel
sebanyak 4280 orang, responden dengan koneksi internet menyelesaikan kuesioner
oleh Computer Assisted Diri Wawancara (76%). Sisa responden menyelesaikan
kuesioner yang sama dengan Bantuan Komputer Personal Wawancara selama kunjungan
tatap muka pewawancara (24%). Sementara
itu, variabel endogen dalam penelitian ini adalah manajemen keuangan dan
penganggaran. Sedangkan variabel eksogen dalam penelitian ini adalah penghasilan,
ekuitas rumah, tabungan, utang, menjadi seorang manajer keuangan rumah tangga,
usia, jenis kelamin, suku, agama, memiliki pekerjaan, orientasi waktu, dan
pengetahuan keuangan yang dimasukkan sebagai variabel eksogen.
8.
HASIL
Tabel 3 menunjukkan hasil dari
kedua regresi pertama tahap penganggaran mental, termasuk estimasi untuk
instrumen, dan instrumen variabel regresi pada variabel dependen 'gambaran'.
Pendidikan tinggi memiliki efek negatif pada penganggaran mental yang baik
dibandingkan dengan pendidikan menengah dan rendah, sedangkan memiliki tujuan
menghemat memiliki efek positif.
Tabel 4 menunjukkan hasil
penganggaran mental (diinstrumentasi) memiliki efek positif terhadap variabel
dependen 'manajemen keuangan'. Jumlah tabungan dan ekuitas rumah bersih
memiliki efek positif, sedangkan utang memiliki efek negatif pada manajemen
keuangan. Usia, agama, dan orang asli Belanda memiliki efek positif pada
pengelolaan keuangan. Waktu orientasi jangka pendek memiliki efek negatif,
dimana waktu orientasi jangka panjang memiliki efek positif pada pengelolaan
keuangan. Pengetahuan tentang produk keuangan memiliki efek positif, sedangkan
pengetahuan tentang investasi memiliki efek negatif pada pengelolaan keuangan.
Temuan dalam penelitian ini adalah
relevan untuk saran anggaran rumah tangga. Penganggaran mental dipraktekkan
kebanyakan oleh orang-orang yang kurang kaya, orang dengan waktu orientasi
jangka pendek, dan tingkat yang lebih rendah dan pendidikan menengah.